Ade Paloh: Kenang Sang Mentor yang Berpulang
Pena yang Hilang
"Kami adalah pena-pena yang tak bertuan,
Menulis kisah-kisah, tapi tak tahu tujuan.
Kehilangan mentor bagaikan kehilangan arah,
Meninggalkan kepedihan yang tak terobati."
Ade Paloh, sang maestro jurnalisme, telah tiada. Kabar kepergiannya bagaikan petir di siang bolong, menggegerkan dunia pers tanah air. Bagi kami, para jurnalis muda yang pernah dibimbingnya, kepergiannya adalah sebuah kehilangan besar.
Sosok Mentor yang Karismatik
Saya pertama kali bertemu Ade Paloh saat masih menjadi mahasiswa baru jurusan jurnalisme. Ia diundang sebagai pembicara dalam sebuah seminar. Karismanya begitu memesona, memancarkan kecerdasan dan ketegasan yang tak terbantahkan.
Sejak saat itu, saya bertekad untuk menjadi muridnya. Beruntung, saya mendapat kesempatan magang di harian Media Indonesia, yang dipimpinnya. Di bawah bimbingannya, saya belajar banyak hal tentang dunia jurnalisme: dari teknik penulisan yang mumpuni hingga etika jurnalistik yang tak tergoyahkan.
Menjadi Pena yang Bermakna
Salah satu ajaran Ade Paloh yang paling saya ingat adalah pentingnya menjadi "pena yang bermakna." Ia berkata, "Seorang jurnalis sejati adalah orang yang menulis dengan hati nurani, mengungkap kebenaran, dan menyuarakan aspirasi rakyat."
Ia selalu menekankan bahwa jurnalisme bukan sekadar profesi, tapi sebuah panggilan mulia. Seorang jurnalis harus memiliki keberanian untuk melawan ketidakadilan, mengkritisi kekuasaan, dan menjadi penyambung lidah masyarakat.
Kehilangan yang Mengharukan
Kepergian Ade Paloh telah meninggalkan lubang besar di dunia jurnalisme. Ia bukan hanya seorang pemimpin yang hebat, tapi juga mentor yang menginspirasi dan sosok ayah yang mengayomi.
Saya teringat saat-saat kami berdiskusi hingga larut malam, beradu argumen dengan penuh semangat, dan saling memberikan nasihat. Kehilangannya terasa begitu pribadi, bagaikan kehilangan seorang teman dekat.
"Selamat jalan, Pak Ade. Pena-penamu akan terus menginspirasi kami, para jurnalis muda, untuk menjadi lebih berani, lebih berintegritas, dan selalu menjadi pena yang bermakna."