Air Mata di Ujung Sajadah
Di sudut senyap masjid yang remang, seorang wanita renta bersimpuh khusyuk. Sujudnya begitu dalam, air matanya menetes membasahi sajadah usang yang menjadi saksi bisu doa-doanya.
Aku memperhatikannya dari kejauhan. Ada kesedihan yang terpancar di wajahnya, namun juga ada ketenangan yang memancar dari hatinya. Doa-doanya seolah menjadi penawar luka yang menyiksa jiwanya.
"Nenek, kenapa nenek menangis?" tanyaku memberanikan diri mendekat.
Nenek itu menoleh, senyumnya penuh kesabaran. "Tahukah cucu, aku datang ke sini untuk memohon ampunan pada Allah. Aku telah melakukan banyak kesalahan di masa lalu, dan aku merasa sangat berdosa."
Aku tertegun. Tak kusangka wanita renta yang tampak lemah ini menyimpan beban seberat itu. Aku duduk di sampingnya, mendengarkan kisah hidupnya.
Nenek bercerita tentang masa mudanya yang penuh gejolak. Ia menikah dengan pria yang tidak mencintainya, hanya karena dijodohkan oleh orang tua. Pernikahannya tidak bahagia, penuh pertengkaran dan kekerasan.
Namun, nenek tetap bertahan demi anak-anaknya. Ia menelan semua rasa sakit demi kebahagiaan mereka. Tetapi takdir berkata lain. Suaminya meninggal dunia, dan anak-anaknya merantau ke kota, meninggalkannya seorang diri.
Kesedihan pun menggerogoti hatinya. Nenek merasa kehilangan arah hidup. Ia tidak tahu harus berbuat apa, hingga akhirnya ia menemukan ketenangan dalam doa.
"Setiap kali aku berdoa, aku merasa terhubung dengan Allah. Doa-doa itu seperti penghiburan bagiku, obat untuk lukaku," kata nenek.
Aku terharu mendengar ceritanya. Nenek yang selama ini tampak lemah ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa. Ia tidak menyerah pada nasib, ia bangkit dan terus berjuang dengan imannya.
"Nenek, aku salut dengan nenek. Nenek adalah wanita yang kuat," ujarku.
Nenek tersenyum, "Terima kasih, cucu. Kekuatan itu berasal dari Allah. Ia selalu ada untukku, bahkan di saat aku merasa paling sendirian."
Aku meninggalkan masjid itu dengan perasaan terinspirasi. Aku belajar bahwa kekuatan tidak selalu datang dari otot atau senjata, tetapi dari keyakinan dan doa. Dan bahwa air mata yang menetes di ujung sajadah bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda permohonan yang penuh harapan.