Hubungan Australia dan Tiongkok laksana rollercoaster dengan pasang surut yang cukup menguji kesabaran kedua belah pihak. Meski memiliki ikatan ekonomi yang kuat, perbedaan nilai, ambisi politik, dan insiden diplomatik telah menguji batas-batas hubungan mereka.
Sejarah kelam antara kedua negara tidak dapat dilupakan. Selama Perang Dunia II, pasukan Jepang menduduki Australia, yang pada saat itu didukung oleh Tiongkok. Invasi ini meninggalkan luka mendalam bagi orang Australia, yang masih mempengaruhi hubungan negara itu dengan Tiongkok hingga hari ini.
Setelah perang, Perang Dingin lebih lanjut memisahkan Tiongkok dan Australia. Australia berpihak pada Amerika Serikat, sementara Tiongkok bersekutu dengan Uni Soviet. Perpecahan ideologis ini mempersulit kedua negara untuk menjalin hubungan yang berarti.
Pada 1972, Perdana Menteri Australia Gough Whitlam mengunjungi Tiongkok, menandai dimulainya era baru dalam hubungan mereka. Kunjungan ini membuka jalan bagi pemulihan hubungan diplomatik penuh pada tahun 1973. Sejak itu, perdagangan dan investasi antara kedua negara terus berkembang pesat.
Namun, perbedaan nilai dan ambisi politik terus menjadi penghalang dalam hubungan mereka. Australia memiliki sistem demokrasi liberal, sementara Tiongkok adalah negara komunis satu partai. Australia juga prihatin dengan catatan hak asasi manusia Tiongkok, yang telah menjadi sumber gesekan.
Dalam beberapa tahun terakhir, persaingan strategis antara Tiongkok dan Amerika Serikat telah menambah ketegangan pada hubungan Australia-Tiongkok. Australia telah semakin dekat dengan AS, yang dipandang oleh Tiongkok sebagai ancaman terhadap pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik.
Insiden diplomatik juga menguji hubungan kedua negara. Pada tahun 2018, Australia melarang raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei dari jaringan 5G-nya, yang dipandang Tiongkok sebagai tindakan diskriminatif. Pada tahun 2020, Tiongkok menjatuhkan tarif terhadap ekspor Australia sebagai balasan atas seruan Australia untuk penyelidikan independen terhadap asal-usul COVID-19.
Meski menghadapi tantangan, hubungan Australia dan Tiongkok tetap memiliki landasan ekonomi yang kokoh. Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Australia, dan Australia adalah tujuan investasi utama bagi Tiongkok. Ketergantungan ekonomi bersama ini telah membantu menjaga hubungan mereka tetap utuh, bahkan di tengah ketegangan politik.
Masa depan hubungan Australia-Tiongkok tidak pasti. Persaingan strategis antara Tiongkok dan AS kemungkinan akan terus memberikan tekanan pada hubungan mereka. Namun, kepentingan ekonomi bersama dan sejarah perdagangan yang panjang juga menunjukkan bahwa relasi ini akan tetap penting bagi kedua negara.
Hubungan Australia dan Tiongkok adalah kisah kompleks tentang permusuhan dan persahabatan. Perbedaan nilai, ambisi politik, dan insiden diplomatik telah menguji batas-batas hubungan mereka, namun ketergantungan ekonomi bersama dan sejarah panjang perdagangan terus menjaga hubungan mereka tetap utuh. Masa depan hubungan mereka masih belum pasti, namun jelas bahwa hubungan ini akan terus menjadi salah satu hubungan terpenting di kawasan Asia-Pasifik.