Di tengah belantara Taman Nasional Ujung Kulon, hiduplah hewan langka yang keberadaannya kini terancam punah: badak jawa. Sebagai salah satu dari lima spesies badak yang tersisa di dunia, badak jawa memiliki keunikan dan sejarah yang memikat.
Badak jawa pernah tersebar luas di Asia Tenggara, namun perburuan liar dan hilangnya habitat telah membuat populasinya menyusut drastis. Pada awal abad ke-20, hanya sekitar 30 ekor badak jawa yang tersisa di Ujung Kulon. Berkat upaya konservasi yang gigih, jumlah mereka telah meningkat menjadi sekitar 60 ekor saat ini.
Badak jawa memiliki ciri khas yang membedakannya dari spesies badak lainnya. Bertubuh lebih kecil dari badak lainnya, mereka memiliki kulit abu-abu kehitaman yang berkerut seperti baju besi. Tanduknya yang tunggal, yang sebenarnya terbuat dari keratin, dapat tumbuh hingga panjang 50 sentimeter.
Salah satu keunikan badak jawa adalah sifatnya yang soliter. Mereka biasanya hidup sendiri, kecuali saat kawin atau merawat anak. Pada siang hari, mereka bersembunyi di semak-semak yang lebat untuk menghindari panas. Di malam hari, mereka keluar untuk mencari makan.
Melihat badak jawa di alam liar adalah pengalaman yang luar biasa. Saat menyaksikan mereka berjalan dengan anggun melintasi hutan atau berenang di sungai, kita dapat merasakan keajaiban alam. Namun, pengunjung harus menghormati habitat mereka dan menjaga jarak untuk menghindari gangguan.
Meskipun telah mengalami kemajuan dalam konservasi, badak jawa masih menghadapi ancaman yang serius. Perburuan liar terus menjadi masalah, dan hilangnya habitat akibat pembangunan dan perambahan mengancam kelangsungan hidup mereka.
Dengan terus mendukung upaya konservasi dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya badak jawa, kita dapat memastikan bahwa hewan langka ini tetap memiliki masa depan yang cerah di alam liar Indonesia.