Banjir bandang yang menerjang Sukabumi pada Desember 2024 menyisakan duka mendalam bagi warga. Ratusan rumah hancur, ribuan orang kehilangan tempat tinggal, dan sejumlah nyawa tidak terselamatkan.
Salah satu korban yang paling membekas adalah keluarga Pak Udin. Rumahnya yang berada di bantaran sungai rata dengan tanah. "Waktu itu hujan deras banget, sampai sungai meluap," kenang Pak Udin. "Nggak sempat menyelamatkan apa-apa, kami cuma bisa lari keluar rumah."
Pak Udin dan keluarganya terpaksa mengungsi ke tenda-tenda darurat yang didirikan pemerintah. Mereka kehilangan semua harta benda, termasuk pakaian, makanan, dan dokumen penting. "Kami benar-benar tidak punya apa-apa lagi," ujar istri Pak Udin.
Banjir bandang tidak hanya menghancurkan rumah warga, tetapi juga infrastruktur penting seperti jalan, jembatan, dan jaringan listrik. Akibatnya, banyak daerah terisolasi dan sulit diakses. Bantuan kemanusiaan pun terkendala.
Namun, di tengah kesulitan, warga Sukabumi tetap saling membantu. Mereka mendirikan dapur umum, membagikan makanan dan pakaian, serta memberikan dukungan moral kepada korban yang terdampak.
"Kita harus kuat dan bangkit bersama," kata seorang relawan. "Banjir ini memang telah merenggut banyak hal dari kita, tapi jangan biarkan itu memadamkan harapan kita."
Pemerintah juga tidak tinggal diam. Mereka mengerahkan tim evakuasi, mendistribusikan bantuan, dan mulai merencanakan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi.
Banjir bandang Sukabumi telah menjadi sebuah tragedi yang menyedihkan. Namun, musibah ini juga telah menunjukkan bahwa di balik kesulitan, masih ada semangat kebersamaan dan harapan yang tidak akan pernah padam.