Budi Djiwandono: Kisah Sang Penantang Tradisi dan Pejuang Hak Asasi Manusia




Budi Djiwandono, seorang nama yang tak asing di kalangan aktivis hak asasi manusia. Namanya melegenda karena perjuangannya yang tak kenal lelah melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.

Kisah Sang Penantang Tradisi

Lahir di sebuah keluarga ningrat Jawa pada 29 Oktober 1934, Budi Djiwandono tumbuh di lingkungan yang menjunjung tinggi tradisi dan adat istiadat. Namun, sejak kecil, ia memiliki jiwa pemberontak yang membara.

Ia mempertanyakan tradisi yang mengakar kuat di masyarakat, seperti kawin paksa dan pelanggaran hak-hak perempuan. Dengan keberanian yang luar biasa, ia menantang norma-norma sosial yang dianggapnya tidak adil.

Perjuangan untuk Hak Asasi Manusia

Ketertarikannya pada hak asasi manusia dimulai ketika ia bekerja sebagai pengacara. Ia menyaksikan langsung bagaimana banyak orang yang tertindas dan dirampas hak-haknya.

Pada tahun 1974, terjadi peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari). Budi Djiwandono menjadi salah satu korban penculikan dan penyiksaan yang dilakukan rezim Orde Baru. Pengalaman pahit ini semakin menguatkan tekadnya untuk memperjuangkan hak asasi manusia di Indonesia.

Setelah dibebaskan, ia mendirikan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta pada tahun 1979. LBH Jakarta menjadi wadah bagi para aktivis untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat yang terpinggirkan.

Gaya Perjuangan yang Unik

Budi Djiwandono dikenal dengan gaya perjuangannya yang khas. Ia selalu mengedepankan pendekatan hukum dan dialog. Ia percaya bahwa perubahan sosial dapat dicapai melalui jalur damai dan demokratis.

Selain itu, ia juga terkenal dengan kemampuannya berkomunikasi secara efektif dengan berbagai kalangan masyarakat. Ia menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sehingga perjuangannya dapat dipahami oleh masyarakat luas.

Penghargaan dan Pengakuan

Atas dedikasinya dalam memperjuangkan hak asasi manusia, Budi Djiwandono telah menerima banyak penghargaan, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu penghargaan bergengsi yang diterimanya adalah Right Livelihood Award (Penghargaan Nobel Alternatif) pada tahun 2004.

Refleksi dan Harapan

Budi Djiwandono, seorang pejuang sejati yang telah mengukir sejarah dalam perjuangan hak asasi manusia di Indonesia. Perjuangannya telah menginspirasi banyak orang untuk berani melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan.

Meskipun telah tiada, semangat dan warisannya akan terus hidup dalam hati setiap orang yang percaya pada keadilan dan kemanusiaan. Mari kita terus menghidupkan semangat Budi Djiwandono dalam perjuangan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan beradab.