Bukan Hanya Tentang Nama, Ini Tentang Harga Diri




Sebagai penggemar berat Arsenal, hati saya sakit ketika melihat Granit Xhaka mengenakan seragam klub lain.

Entah siapa yang salah, entah itu klub, manajer, atau Xhaka sendiri, keberadaannya di Arsenal tidak lagi terasa nyaman. Dia pernah menjadi kapten, mendapat dukungan penuh dari fans, namun sekarang dia menjadi sosok yang terbuang.

Sebagai seorang fans, saya mengerti bahwa setiap pemain memiliki masa keemasannya, dan masa keemasan Xhaka mungkin telah lewat. Namun, saya tidak bisa menghilangkan perasaan pahit karena cara klub memperlakukannya.

Xhaka dijual ke AS Roma dengan harga yang sangat rendah, seolah-olah dia tidak pernah berjasa apa pun bagi Arsenal. Dia telah mengabdi selama lima tahun, menjadi tulang punggung tim, tapi kini dia dilepas dengan mudah.

  • Tidak Ada Rasa Hormat

Yang paling menyedihkan adalah sikap klub yang seolah tidak menghargai jasa Xhaka. Tidak ada acara perpisahan yang layak, tidak ada kata-kata terima kasih yang tulus, hanya sebuah transfer sederhana yang terasa sangat dingin.

Saya bukan hanya merasa kecewa pada klub, tapi juga pada Xhaka sendiri. Dia mungkin tidak senang di Arsenal, tapi dia bisa saja mengambil sikap yang lebih profesional. Dia bisa saja menolak bermain untuk tim lain, dia bisa saja menghormati klub yang telah memberikannya kesempatan.

  • Kemarahan yang Terpendam

Saya tahu, fans Arsenal terbagi soal Xhaka. Ada yang membelanya, ada pula yang mengkritiknya. Namun, saya yakin semua fans sepakat bahwa Xhaka layak mendapat perpisahan yang lebih baik.

Saya tidak marah karena Xhaka pergi, tapi saya marah karena cara dia pergi. Ini bukan hanya tentang nama, tapi tentang harga diri. Xhaka adalah pemain yang telah memberikan banyak hal untuk Arsenal, dan dia berhak diperlakukan dengan lebih baik.

  • Refleksi Diri

Kepergian Xhaka menjadi sebuah refleksi diri bagi saya sebagai seorang fans. Saya menyadari bahwa saya terlalu terikat dengan para pemain, terlalu menggantungkan kebahagiaan saya pada hasil pertandingan.

Saya belajar bahwa sepak bola hanyalah sebuah permainan, sebuah hiburan. Saya tidak boleh membiarkan emosi saya dikendalikan oleh klub atau pemain mana pun.

Saya akan selalu bersyukur atas kontribusi Xhaka kepada Arsenal. Saya akan selalu mengingatnya sebagai seorang pemain yang berjuang untuk klub, seorang pemain yang tidak pernah menyerah.

Namun, saya juga harus menerima kenyataan bahwa dia sudah tidak bersama Arsenal lagi. Saya harus move on, dan saya yakin Arsenal juga akan melakukannya.

  • Terima Kasih, Granit

Terima kasih, Granit Xhaka, atas lima tahun yang telah kamu berikan kepada Arsenal. Terima kasih atas semangat juangmu, atas pengorbananmu, dan atas semua kenangan indah yang telah kamu ciptakan.

Semoga sukses di AS Roma. Kami akan selalu mengingatmu.