Chef Arnold vs Codeblu: Perang di Jagat Kuliner




Dua koki selebriti papan atas, Chef Arnold dan Codeblu, terlibat dalam perseteruan yang menghebohkan jagat kuliner. Kedua juru masak ini saling sindir di media sosial, memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar kuliner dan netizen.

Awalnya, perseteruan ini dipicu oleh pernyataan Codeblu yang mengkritik masakan Chef Arnold dalam sebuah wawancara. Codeblu menyebut masakan Arnold terlalu basic dan tidak inovatif, mengundang reaksi keras dari Chef Arnold.

Melalui akun Instagram pribadinya, Chef Arnold membalas kritik Codeblu dengan pedas. Ia menyebut Codeblu hanya pandai "ngomong doang" dan tidak memiliki prestasi yang membanggakan. Pernyataan ini sontak memanaskan jagat maya, membuat netizen terbelah dalam mendukung kedua koki.

Perseteruan ini semakin memanas ketika Codeblu mengunggah video mukbang di mana ia menyantap hidangan dari restoran Chef Arnold. Dalam video tersebut, Codeblu terang-terangan mengkritik rasa makanan, membuat Chef Arnold murka.

Tidak tinggal diam, Chef Arnold langsung menghubungi Codeblu secara pribadi. Namun, bukannya meredakan ketegangan, percakapan mereka justru memperparah perseteruan. Kedua koki saling melontarkan kata-kata kasar dan mengancam akan mengambil tindakan hukum.

"Perang" antara Chef Arnold dan Codeblu ini pun menjadi tontonan menarik bagi netizen. Ada yang mendukung Chef Arnold karena dinilai lebih berpengalaman, namun ada juga yang memihak Codeblu karena dinilai lebih berani mengutarakan pendapat.

Di tengah perseteruan yang ramai diperbincangkan, beberapa netizen juga menyayangkan sikap kedua koki yang saling serang di media sosial. Mereka berpendapat bahwa seharusnya koki berfokus pada masakan dan tidak terjebak dalam drama pribadi.

Hingga saat ini, perseteruan antara Chef Arnold dan Codeblu masih terus bergulir. Keduanya masih saling sindir di media sosial, membuat netizen penasaran bagaimana akhir dari "perang" ini.

Terlepas dari siapa yang benar atau salah, perseteruan ini telah memberikan pelajaran berharga bagi para koki dan pelaku industri kuliner. Bahwa dalam berpendapat, sebaiknya tetap menjunjung etika dan profesionalisme. Dan yang terpenting, fokuslah pada seni memasak, bukan pada mencari sensasi.