Di tengah hingar bingar dunia sepak bola modern, di mana transfer bernilai jutaan pound dan gaji selangit merajai, ada sebuah kisah menyedihkan yang tersembunyi di balik bayang-bayang. Kisah Danny Drinkwater, seorang pemain yang pernah dielu-elukan, kini terlupakan.
Lahir pada tahun 1990, Drinkwater memulai karirnya di Manchester United, namun ia tidak pernah menembus tim utama. Pada tahun 2012, ia pindah ke Leicester City, di mana ia memainkan peran penting dalam dongeng musim 2015/16 yang membuat Leicester memenangkan gelar Liga Premier. Drinkwater tampil luar biasa di lini tengah, bermitra dengan N'Golo Kante untuk membentuk tembok yang kokoh di depan pertahanan.
Performa Drinkwater yang konsisten membuatnya dipanggil ke timnas Inggris, dan ia menjadi bagian dari skuat yang mencapai semifinal Piala Dunia 2018. Di musim berikutnya, ia pindah ke Chelsea dengan nilai transfer 35 juta poundsterling, namun nasib tidak memihaknya di Stamford Bridge.
Cedera terus-menerus dan perubahan manajemen membuat Drinkwater kesulitan beradaptasi di Chelsea. Ia hanya tampil 23 kali dalam tiga musim, dan keterlambatannya datang ke sesi latihan menimbulkan kontroversi. Ketenarannya memudar secepat kemunculannya.
Pada bulan Agustus 2020, Drinkwater dipinjamkan ke Aston Villa, di mana ia sempat menunjukkan kilatan kecemerlangannya. Namun, ia kembali mengalami cedera dan hanya tampil satu kali untuk klub Birmingham tersebut. Pada Juni 2022, ia dibebaskan oleh Chelsea dan saat ini berstatus tanpa klub.
Kisah Danny Drinkwater adalah pengingat akan sifat cepat berlalu dari ketenaran dan kekejaman sepak bola. Dia adalah pemain yang berbakat, tetapi kombinasi dari cedera dan kurangnya keberuntungan telah menghancurkan karirnya. Meskipun ia mungkin tidak pernah mencapai puncak lagi, Drinkwater pantas dikenang sebagai bagian dari tim Leicester City yang legendaris dan sebagai bukti bahwa bahkan pemain terbaik pun dapat menghadapi kesulitan dalam permainan ini.
Saat Drinkwater mencari klub baru, kita hanya bisa berharap bahwa ia dapat menemukan kembali performa terbaiknya dan mengakhiri karirnya dengan baik. Dia mungkin dilupakan oleh sebagian besar orang, tetapi kisahnya harus menjadi pengingat bagi kita semua tentang ketidakpastian sepak bola dan pentingnya menikmati setiap momen.