Eyang Subur: Kisah Mistis dan Kontroversi Spiritual
Pendahuluan
Sosok "Eyang Subur" menjadi fenomena spiritual yang menghebohkan Indonesia pada awal tahun 2000-an. Ajaran dan praktiknya yang dianggap menyimpang mengundang kontroversi dan perdebatan besar di masyarakat. Mari kita telusuri kisah mistis dan kontroversi yang membalut sosok Eyang Subur.
Kisah Mistis
Eyang Subur, yang memiliki nama asli Slamet Subadar, lahir di Majalaya, Bandung pada tahun 1938. Ia mengaku sebagai keturunan Sunan Gunung Jati dan sejak kecil telah memiliki kemampuan supranatural.
Pada masa mudanya, Eyang Subur bekerja sebagai guru spiritual di sebuah pesantren di Jawa Barat. Namun, namanya mulai dikenal luas setelah ia pindah ke Jakarta dan membuka padepokan pada tahun 1997.
Di padepokannya, Eyang Subur mengajarkan ajaran spiritual yang menggabungkan unsur Islam, Hindu, dan kepercayaan Jawa. Ia juga mengaku memiliki kesaktian, seperti bisa menyembuhkan penyakit, mengusir roh jahat, dan memanggil jin.
Ajaran dan praktik Eyang Subur yang dianggap menyimpang semakin mengundang perhatian publik. Ia sering kali melakukan ritual-ritual aneh, seperti meminum darah ayam secara langsung dan mengumbar hubungan poligaminya.
Kontroversi Spiritual
Kontroversi terbesar yang ditimbulkan Eyang Subur adalah terkait dengan ajaran poligaminya. Ia secara terang-terangan mengaku memiliki banyak istri dan mengajarkan bahwa poligami adalah hal yang dibenarkan dalam ajaran spiritualnya.
Ajaran poligami Eyang Subur bertentangan dengan ajaran Islam yang membatasi poligami hanya untuk keadaan tertentu. Hal ini memicu kemarahan dari banyak kelompok masyarakat, termasuk tokoh-tokoh agama.
Selain itu, Eyang Subur juga dikritik karena mengajarkan praktik spiritual yang dianggap menyimpang dari ajaran agama. Ia sering kali melakukan ritual-ritual aneh, seperti mengolesi tubuh dengan kotoran hewan dan memakan benda-benda najis.
Penangkapan dan Hukuman
Kontroversi yang terus bergulir akhirnya menyeret Eyang Subur ke ranah hukum. Pada tahun 2009, ia ditangkap oleh pihak kepolisian atas tuduhan pencabulan dan penyimpangan seksual.
Dalam persidangan, Eyang Subur terbukti bersalah dan dijatuhi hukuman penjara selama 11 tahun. Ia menjalani hukumannya di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta.
Akhir Kisah
Kisah Eyang Subur berakhir tragis. Ia meninggal dunia pada tahun 2017 di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta. Penyebab kematiannya adalah kanker prostat stadium lanjut.
Meskipun Eyang Subur telah tiada, namun ajaran dan kontroversi yang ia tinggalkan terus menjadi bahan perbincangan. Sosoknya menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan terhadap ajaran-ajaran spiritual yang menyimpang dan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya.
Refleksi
Kisah Eyang Subur mengajarkan kita sebuah pelajaran berharga. Bahwa dalam mencari kebenaran spiritual, kita harus selalu berhati-hati dan kritis. Jangan mudah terbuai oleh ajaran-ajaran yang menyimpang dan bertentangan dengan nilai-nilai agama dan kemanusiaan.
Kita perlu mencari bimbingan dari guru-guru spiritual yang terpercaya dan memiliki pemahaman yang benar tentang agama. Dengan demikian, kita dapat menghindari terjerumus ke dalam kesesatan dan mempraktikkan spiritualitas yang sehat dan bermartabat.