Nama Kai Havertz sempat menggema pada bursa transfer musim panas tahun lalu. Chelsea, klub raksasa London, merogoh kocek hingga 70 juta pound sterling untuk mendatangkan pemain asal Jerman ini dari Bayer Leverkusen. Harapan besar pun disematkan di pundaknya untuk membawa The Blues bersaing di papan atas Premier League. Namun, performa Havertz nyatanya tak sesuai ekspektasi.
Masih Belum Berkembang
Sempat mendapat julukan "Der Neue Ballack" di Jerman, Havertz memang memiliki potensi besar. Ia adalah gelandang serbabisa yang bisa bermain sebagai gelandang serang, sayap, bahkan penyerang. Namun, di Chelsea, ia belum mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya secara konsisten.
Musim lalu, Havertz hanya mencetak 9 gol dan membuat 8 assist dalam 31 penampilan Premier League. Catatan ini terbilang buruk untuk pemain dengan bandrol mahal seperti dirinya. Ia kerap kali tampil tidak efektif dan kehilangan bola dengan mudah. Selain itu, ia juga terlihat kesulitan beradaptasi dengan gaya bermain fisik di Inggris.
Pergantian Pelatih dan Posisi Baru
Musim ini, Chelsea melakukan pergantian pelatih. Graham Potter menggantikan Thomas Tuchel yang dipecat. Potter dikenal sebagai pelatih yang menyukai sepak bola menyerang. Ia memberikan peran baru kepada Havertz sebagai penyerang palsu di belakang penyerang utama.
Awalnya, posisi baru ini terlihat cocok untuk Havertz. Ia bisa lebih leluasa bergerak dan menciptakan peluang bagi rekan-rekannya. Namun, seiring berjalannya waktu, performanya kembali menurun. Ia kesulitan dalam duel udara dan finishing akhir. Ketajamannya juga masih belum terasah.
Kurangnya Dukungan dari Rekan Satu Tim
Selain faktor individu, performa Havertz juga dipengaruhi oleh kurangnya dukungan dari rekan-rekannya. Chelsea memiliki banyak pemain berkualitas, tetapi mereka sering kali bermain secara individu. Hal ini membuat Havertz kesulitan mendapatkan suplai bola yang baik.
Selain itu, Chelsea juga sering melakukan rotasi pemain. Akibatnya, Havertz jarang mendapat kesempatan bermain secara reguler. Hal ini tentu menghambat perkembangannya dan membuat ia kesulitan menemukan ritme permainan.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Dengan performa yang terus menurun, masa depan Havertz di Chelsea menjadi tidak pasti. Ada kemungkinan ia akan dipinjamkan atau bahkan dijual pada bursa transfer musim dingin mendatang. Namun, tidak menutup kemungkinan ia juga bisa bertahan dan membuktikan diri sebagai pemain kelas dunia.
Apakah Havertz akan moncer di Chelsea atau hanya menjadi bayang-bayang? Hanya waktu yang dapat menjawabnya. Namun, yang pasti, pemain berusia 24 tahun ini masih memiliki potensi besar dan perlu didukung oleh tim dan pelatihnya untuk mencapai puncak performa.
Call to Action
Bagaimana menurut kalian tentang performa Kai Havertz di Chelsea? Akankah ia mampu bangkit dan menjadi pemain penting bagi The Blues? Sampaikan pendapat kalian di kolom komentar.