Di tengah derasnya informasi yang berseliweran, kita harus bisa memilah-milah mana informasi yang kredibel dan mana yang tidak. Apalagi di era digital ini, informasi bisa tersebar dengan sangat cepat, baik yang benar maupun yang salah.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian, mengingatkan kita untuk tidak terlalu percaya dengan informasi yang beredar di media sosial (medsos). Menurutnya, banyak informasi palsu atau hoaks yang sengaja disebarkan untuk berbagai tujuan, seperti kepentingan politik, ekonomi, atau bahkan sekadar hiburan.
Hinsa mencontohkan kasus penyebaran berita hoaks tentang vaksin COVID-19. Hoaks tersebut sempat membuat banyak orang enggan divaksin, padahal vaksin adalah salah satu cara penting untuk melindungi diri dari virus mematikan tersebut.
"Hoaks itu berbahaya karena bisa menimbulkan keresahan di masyarakat," tegas Hinsa. "Kita harus bisa mengkritisi informasi yang kita terima, terutama jika sumbernya tidak jelas."
Untuk menghindari penyebaran hoaks, Hinsa menyarankan beberapa cara:
Selain itu, Hinsa juga menekankan pentingnya pendidikan literasi digital. Menurutnya, masyarakat perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk mengakses, memahami, dan menggunakan informasi di internet secara bertanggung jawab.
"Literasi digital sangat penting untuk menangkal hoaks," kata Hinsa. "Dengan literasi digital, masyarakat bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoaks."
Pada akhirnya, Hinsa mengimbau masyarakat untuk selalu bersikap kritis dan bijak dalam menerima informasi. Jangan mudah termakan hoaks, karena dampaknya bisa sangat merugikan bagi diri sendiri dan masyarakat.
"Jadilah pengguna internet yang cerdas dan bertanggung jawab," pesan Hinsa. "Jangan sampai kita menjadi korban hoaks yang merugikan diri sendiri dan orang lain."