Lavender Marriage, Pernikahan Palsu yang Tak Lagi Tabu




Kisah di Balik Layar

Di balik kemewahan dan gemerlap Hollywood, tersimpan sebuah rahasia kelam: "lavender marriage". Istilah ini merujuk pada hubungan pernikahan antara dua orang dengan orientasi seksual yang berbeda, di mana salah satu pihak menyembunyikan identitas aslinya demi mempertahankan karier atau reputasi.
Cerita tentang "lavender marriage" telah diabadikan dalam banyak film, seperti "Carol" dan "The Imitation Game". Namun, jauh sebelum Hollywood, praktik ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, terutama di kalangan selebritas dan politisi.
Salah satu contoh paling terkenal adalah pernikahan Rock Hudson, aktor terkenal tahun 1950-an dengan Phyllis Gates. Hudson, yang merupakan gay, menikahi Gates untuk menutupi orientasi seksualnya. Pernikahan mereka bertahan selama tiga tahun, sebelum Hudson akhirnya mengungkapkan identitas aslinya.

Alasan di Balik "Lavender Marriage"

Ada banyak alasan mengapa orang melakukan "lavender marriage". Salah satu alasan paling umum adalah untuk menghindari diskriminasi. Di masa lalu, orientasi seksual yang berbeda dianggap sebagai penyakit mental atau penyimpangan. Orang-orang LGBTQ+ sering menghadapi diskriminasi dalam pekerjaan, perumahan, dan bidang kehidupan lainnya.
Alasan lain adalah untuk menjaga reputasi. Bagi tokoh publik, seperti aktor dan politisi, mengungkap orientasi seksual yang berbeda dapat merusak karier mereka. Pernikahan heteroseksual menjadi cara bagi mereka untuk mempertahankan citra publik yang positif.

Konsekuensi "Lavender Marriage"

Meskipun "lavender marriage" mungkin tampak seperti solusi, namun praktik ini memiliki konsekuensi yang parah. Bagi individu yang menyembunyikan orientasi seksualnya, mereka hidup dalam ketakutan dan kesepian. Mereka tidak dapat mengekspresikan diri secara terbuka atau menjalani kehidupan yang otentik.
Bagi pasangannya, "lavender marriage" juga bisa menjadi beban. Mereka mungkin merasa dimanfaatkan atau ditipu. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin menghadapi tekanan dari masyarakat untuk mempertahankan pernikahan yang tidak bahagia.

Pandangan yang Berubah

Selama beberapa dekade terakhir, sikap masyarakat terhadap orientasi seksual yang berbeda telah berubah secara signifikan. Homofobia dan transfobia yang tersebar luas di masa lalu perlahan-lahan mulai berkurang.
Perubahan ini telah mengarah pada menurunnya praktik "lavender marriage". Kini, semakin banyak orang yang terbuka tentang orientasi seksual mereka, dan semakin jarang orang melakukan pernikahan palsu untuk menyembunyikannya.

Refleksi

"Lavender marriage" adalah sebuah praktik yang pernah lazim, tetapi kini telah menjadi usang. Pernikahan seharusnya didasarkan pada cinta dan komitmen, bukan pada kebohongan dan penyangkalan.
Mari kita terus bekerja sama untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan toleran, di mana setiap orang dapat hidup secara otentik, apa pun orientasi seksualnya.