Mari Elka Pangestu
Sebagai Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu adalah sosok yang sering menjadi sorotan. Kebijakan-kebijakannya sering mendapat pujian, namun tak jarang juga menuai kritik. Di balik itu semua, ada cerita menarik tentang bagaimana perjalanan kariernya selama ini.
Perjalanan Karier
Lahir di Jakarta pada 23 Oktober 1956, Mari Elka Pangestu menghabiskan masa kecilnya di lingkungan yang sederhana. Ayahnya, J. Panglaykim, adalah seorang pengusaha asal Tionghoa, sementara ibunya, Evi Elka Pangestu, adalah seorang ibu rumah tangga. Mari kecil adalah anak yang cerdas dan rajin belajar. Ia selalu menjadi juara kelas sejak di bangku sekolah dasar.
Setelah lulus SMA, Mari melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Ia lulus dengan predikat cum laude pada tahun 1981. Setelah lulus, Mari bekerja sebagai staf pengajar di UI selama beberapa tahun.
Pada tahun 1989, Mari mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Australian National University (ANU). Ia mengambil program doktoral di bidang ekonomi pembangunan. Selama belajar di ANU, Mari aktif terlibat dalam berbagai kegiatan akademik. Ia juga sempat menjadi asisten peneliti di beberapa lembaga penelitian terkemuka.
Mari menyelesaikan pendidikan doktoralnya di ANU pada tahun 1994. Setelah itu, ia kembali ke UI dan melanjutkan kariernya sebagai staf pengajar. Pada tahun 2000, Mari diangkat menjadi Dekan Fakultas Ekonomi UI. Ia menjadi dekan perempuan pertama di fakultas tersebut.
Pada tahun 2004, Mari ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Perdagangan. Ia menjadi satu-satunya menteri perempuan di kabinet Indonesia Bersatu. Selama menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Mari banyak mengeluarkan kebijakan yang inovatif. Salah satu kebijakannya yang paling terkenal adalah kebijakan bea masuk progresif untuk mobil mewah. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi impor mobil mewah dan meningkatkan penggunaan transportasi umum.
Pada tahun 2011, Mari diangkat menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ia menjadi orang pertama yang menjabat posisi tersebut. Selama menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari fokus pada pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. Ia juga memperkenalkan konsep "Wonderful Indonesia" sebagai brand pariwisata Indonesia.
Pada tahun 2014, Mari mengakhiri masa jabatannya sebagai menteri. Ia kembali ke UI dan melanjutkan kariernya sebagai staf pengajar. Pada tahun 2018, Mari diangkat menjadi Rektor UI. Ia menjadi rektor perempuan pertama di UI.
Kontroversi
Selama berkarier di pemerintahan, Mari Elka Pangestu sering menjadi sorotan. Kebijakan-kebijakannya sering mendapat pujian, namun tak jarang juga menuai kritik. Salah satu kebijakannya yang paling kontroversial adalah kebijakan bea masuk progresif untuk mobil mewah. Kebijakan ini dianggap merugikan konsumen dan tidak efektif dalam mengurangi impor mobil mewah.
Selain kebijakannya, kehidupan pribadi Mari juga sering menjadi sorotan. Ia pernah dikritik karena menggunakan mobil dinas untuk kepentingan pribadi. Ia juga pernah dikritik karena gaya hidupnya yang dianggap mewah.
Meski banyak mendapat kritik, Mari Elka Pangestu tetap menjadi sosok yang dihormati di Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas, pekerja keras, dan berintegritas. Ia juga dikenal sebagai sosok yang berani mengambil keputusan dan tidak takut dengan kontroversi.