Sebuah refleksi personal dari seorang mantan warga Jakarta yang kini merantau di tanah rantau.
Halo, Mister Anies. Apa kabar? Saya harap Bapak baik-baik saja.
Saya menulis surat ini dengan perasaan rindu yang mendalam akan Jakarta. Saya sudah lama tidak mengunjungi kota kelahiran saya, dan saya sangat merindukan suasana hiruk pikuknya, kulinernya yang lezat, dan warganya yang ramah.
Saya ingat betul dulu saat saya masih tinggal di Jakarta, saya sering sekali mengunjungi Monumen Nasional. Saya suka sekali naik ke puncaknya dan melihat pemandangan kota dari ketinggian. Saya juga suka sekali mengunjungi Museum Nasional, karena saya sangat tertarik dengan sejarah Indonesia.
Selain itu, saya juga sering sekali jalan-jalan di sekitaran Kota Tua. Saya suka sekali melihat bangunan-bangunan tua yang bersejarah dan suasananya yang klasik.
Tapi, yang paling saya rindukan dari Jakarta adalah kulinernya. Saya sangat merindukan sate ayam, nasi goreng, dan gado-gado. Saya juga sangat merindukan jajanan pasar seperti kue rangi dan kue cucur.
Saya tahu, Jakarta sekarang sudah banyak berubah. Tapi saya yakin, pesonanya masih tetap sama. Saya sangat rindu untuk bisa kembali mengunjungi Jakarta dan merasakan suasananya yang khas.
Mister Anies, saya harap Bapak bisa membaca surat ini. Saya sangat berharap Bapak bisa berkunjung ke Jakarta dan melihat langsung perubahan yang terjadi. Saya juga berharap Bapak bisa membantu mewujudkan impian saya untuk bisa kembali ke Jakarta dan merasakan suasananya yang khas.
Terima kasih, Mister Anies. Saya sangat menantikan kabar dari Bapak.
Hormat saya,
Mantan warga Jakarta