Muhadjir Effendy: Sosok Cendekiawan yang Melekat di Hati Masyarakat




Sebagai seorang yang lahir dan besar di desa, sosok Muhadjir Effendy telah meninggalkan kesan mendalam di hati saya. Beliau adalah seorang cendekiawan yang tak lekang dari ingatan, terutama karena kiprahnya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam memimpin Kemendikbud, Muhadjir membawa angin segar bagi dunia pendidikan Indonesia. Salah satu kebijakannya yang paling ikonik adalah "zonasi sekolah". Meski menuai kontroversi, kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan pemerataan akses pendidikan yang lebih adil.
Di balik figur intelektualnya, Muhadjir juga memiliki sisi humanis yang kuat. Beliau dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan tidak sungkan turun langsung ke lapangan. Saya masih ingat saat beliau berkunjung ke desa saya beberapa tahun lalu. Dengan ramah, beliau menyapa warga dan mendengarkan keluh kesah mereka tentang pendidikan.
Dalam setiap kesempatan, Muhadjir selalu menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan pendidikan. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memajukan bangsa. "Pendidikan bukan hanya soal ijazah," katanya dalam sebuah pidatonya, "tapi juga soal karakter dan budi pekerti."
Namun, perjalanan karier Muhadjir tidak selalu mulus. Beliau pernah mengalami masa-masa sulit, termasuk ketika dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019. Meski begitu, Muhadjir tetap tegar dan terus berkontribusi untuk dunia pendidikan Indonesia.
Tahun ini, Muhadjir Effendy genap berusia 72 tahun. Meski telah memasuki usia senja, semangatnya untuk memajukan pendidikan tidak pernah padam. Beliau terus aktif menulis, memberikan ceramah, dan mendirikan lembaga yang fokus pada pengembangan pendidikan.
Saya bangga memiliki sosok seperti Muhadjir Effendy di negeri ini. Beliau adalah teladan bagi kita semua, membuktikan bahwa pendidikan dan kebudayaan dapat menjadi pilar perubahan sosial. Semoga semangat beliau terus menginspirasi kita semua untuk membangun Indonesia yang lebih cerah.