Nadiem Makarim, mantan CEO Gojek yang disegani, memang menjadi figur yang kontroversial sejak ia ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019. Keputusannya yang berani dan inovatif telah dipuji oleh sebagian orang, sementara yang lain mencemaskan arah masa depan pendidikan di Indonesia.
Salah satu kebijakan Nadiem yang paling banyak dibicarakan adalah penghapusan ujian nasional. Ia percaya bahwa ujian ini telah menciptakan sistem pendidikan yang terlalu menekankan pada hafalan dan bukan pada pemahaman. Alih-alih, Nadiem memperkenalkan asesmen berbasis kompetensi, yang berfokus pada mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa secara menyeluruh.
Perubahan lain yang signifikan adalah penghapusan zonasi untuk penerimaan siswa baru di sekolah negeri. Sebelumnya, siswa hanya diperbolehkan mendaftar di sekolah di dekat tempat tinggal mereka. Namun, Nadiem berpendapat bahwa sistem ini tidak adil karena siswa dari daerah tertinggal tidak memiliki kesempatan yang sama untuk masuk ke sekolah unggulan.
Kritik utama terhadap kepemimpinan Nadiem adalah kurangnya pengalamannya di bidang pendidikan. Sebagai mantan pengusaha, ia tidak memiliki latar belakang formal dalam pendidikan atau manajemen sekolah. Beberapa orang bertanya-tanya apakah ia memenuhi syarat untuk memimpin kementerian yang bertanggung jawab atas masa depan generasi muda Indonesia.
Meski kontroversial, Nadiem tetap menjadi sosok yang populer di kalangan anak muda. Mereka mengagumi visinya yang berani dan komitmennya untuk mereformasi pendidikan. Namun, masih harus dilihat apakah kebijakannya akan menghasilkan perubahan positif yang bertahan lama dalam sistem pendidikan Indonesia.