Pencuri
Dalam kesibukan kota yang ramai, tempat orang-orang berkerumun seperti lebah, berjalan cepat seolah-olah waktu mengejar mereka, ada seorang lelaki tua yang berjalan lamban. Rambutnya memutih, wajahnya penuh kerutan, dan matanya redup oleh waktu. Dia membawa tas lusuh di bahunya, berisi beberapa harta miliknya yang tersisa.
Lelaki tua itu berjalan menuju pasar, tempat dia biasa menjual barang-barangnya. Barang-barangnya sederhana: kerajinan tangan, syal rajutan, dan lukisan kecil. Dia bukan seniman yang hebat, tapi karyanya selalu menarik perhatian orang karena keasliannya.
Saat dia berjalan di kerumunan, dia merasakan ada yang tidak beres. Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya dengan tatapan curiga. Ada yang berbisik, "Pencuri!" Ada pula yang menunjuk-nunjuk ke arahnya.
Lelaki tua itu terkejut. Dia tidak pernah mencuri apa pun dalam hidupnya. Dia hidup dengan jujur, menjual hasil karyanya untuk menyambung hidup. Dia merasa dipermalukan dan marah.
Dia berhenti di tengah kerumunan dan berteriak, "Aku bukan pencuri!"
Tetapi tidak ada yang mempercayainya. Orang-orang terus menghindarinya, menjauhkan diri mereka seolah-olah dia membawa penyakit menular.
Lelaki tua itu merasa putus asa. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak punya siapa-siapa untuk membelanya. Dia merasa sendirian dan tidak berdaya.
Air mata mulai mengalir di wajahnya. Dia merosot ke tanah, tasnya jatuh di sampingnya. Dia menangis tersedu-sedu, air matanya bercampur dengan kotoran jalanan.
Tiba-tiba, seorang gadis kecil mendekatinya. Dia masih sangat muda, mungkin sekitar tujuh tahun. Dia melihat lelaki tua itu menangis dan merasa kasihan padanya.
Dia mengambil tangan lelaki tua itu dan berkata, "Jangan menangis, kakek. Aku percaya padamu."
Lelaki tua itu terkejut. Dia menatap gadis kecil itu, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa jam terakhir, dia merasa secercah harapan.
"Terima kasih," katanya dengan suara gemetar. "Terima kasih telah percaya padaku."
Gadis kecil itu tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, kakek. Aku tahu kau bukan pencuri."
Lelaki tua itu bangkit dan merangkul gadis kecil itu. Dia merasa bersyukur atas kebaikan dan kepercayaannya.
Orang-orang di sekitarnya yang tadi mencibir dan menjauhinya, tiba-tiba terdiam. Mereka melihat gadis kecil itu memeluk lelaki tua itu, dan mereka merasa malu dengan sikap mereka sebelumnya.
Mereka menundukkan kepala dan berjalan pergi, satu per satu.
Lelaki tua itu dan gadis kecil itu berdiri bersama, tangan mereka masih bertautan. Mereka telah melalui cobaan bersama, dan ikatan mereka telah terbentuk.
Lelaki tua itu tidak pernah melupakan gadis kecil yang telah percaya padanya saat dia paling membutuhkannya. Dan gadis kecil itu tidak pernah melupakan lelaki tua yang telah mengajarinya arti kebaikan dan pengampunan.