Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) di Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun ini kembali menjadi sorotan. Proses yang semestinya menjadi momen penuh sukacita bagi orang tua dan siswa malah diwarnai ketegangan dan air mata.
Kisah Nuraini, Orang Tua yang Menangis Pilu
Nuraini, seorang ibu dari Makassar, menceritakan pengalaman pahitnya selama PPDB. Putrinya, Amira, gagal lolos ke sekolah negeri yang menjadi impiannya. "Saya sempat menangis pilu saat melihat Amira pulang dengan wajah sedih. Dia sudah berjuang keras, tapi takdir berkata lain," kisah Nuraini.
Sistem Online yang Bermasalah, Orang Tua Frustrasi
Salah satu faktor yang membuat PPDB Sulsel tahun ini runyam adalah sistem online yang bermasalah. Situs pendaftaran online sering error, membuat orang tua frustrasi dan khawatir akan kehilangan kesempatan untuk mendaftarkan anaknya.
Persaingan Ketat, Kuota Terbatas
Selain masalah teknis, PPDB Sulsel juga diwarnai persaingan yang sangat ketat. Kuota yang terbatas di sekolah negeri membuat banyak siswa harus gigit jari. Persaingan makin sengit di sekolah unggulan yang menjadi incaran banyak orang tua.
Catatan dari Pengamat
Prof. Dr. Ardiyanto, pakar pendidikan di Universitas Hasanuddin, menyoroti masalah mendasar pada sistem PPDB di Sulsel. "Sistem ini masih belum adil dan transparan. Kuota yang terbatas menciptakan persaingan yang tidak sehat dan merugikan siswa dari keluarga kurang mampu," ujarnya.
Pelajaran Berharga, Refleksi untuk Masa Depan
Ketegangan dan air mata dalam PPDB Sulsel tahun ini menjadi pembelajaran berharga bagi semua pihak. Pemerintah perlu mengevaluasi sistem PPDB agar lebih adil dan transparan. Orang tua juga perlu mempersiapkan mental dengan menyusun strategi dan alternatif pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
PPDB seharusnya menjadi momen perayaan bagi siswa dan orang tua. Namun, ketegangan dan air mata yang mengiringinya menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita masih perlu dibenahi. Semoga ke depannya, PPDB di Sulsel dapat berjalan dengan lebih lancar dan adil bagi semua.