Pramono Anung: Kisah Seorang Politisi yang Gigih




Pramono Anung Wibowo, atau yang akrab disapa Mbah Pram, adalah seorang politisi senior Indonesia yang telah malang melintang di dunia politik selama lebih dari 30 tahun. Perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku dan tantangan yang menguji ketabahan dan kesabarannya.
Mbah Pram lahir pada tanggal 21 Januari 1963 di Klaten, Jawa Tengah. Masa kecilnya dijalani dengan penuh kesederhanaan. Ayahnya adalah seorang petani, sedangkan ibunya adalah seorang guru. Sejak kecil, Mbah Pram dikenal sebagai anak yang cerdas dan rajin belajar.
Memasuki dunia politik, Mbah Pram bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada tahun 1990. Karier politiknya dimulai dari bawah, yaitu sebagai anggota legislatif daerah. Berkat kerja keras dan dedikasinya, Mbah Pram perlahan tapi pasti naik jabatan.
Pada tahun 2004, Mbah Pram terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari daerah pemilihan Jawa Tengah IV. Sejak itu, ia selalu terpilih kembali menjadi anggota DPR pada setiap pemilihan umum. Selama menjadi anggota DPR, Mbah Pram aktif di berbagai bidang, seperti pertanian, lingkungan hidup, dan pendidikan.
Pada tahun 2014, Mbah Pram dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi Sekretaris Kabinet. Sebagai tangan kanan Presiden, Mbah Pram bertugas membantu Presiden dalam mengoordinasikan kebijakan dan program pemerintah. Ia juga menjadi jembatan antara Presiden dan institusi lain, seperti DPR dan DPD.
Selama menjabat sebagai Sekretaris Kabinet, Mbah Pram dikenal sebagai sosok yang pekerja keras dan loyal. Ia tidak segan-segan turun langsung ke lapangan untuk memantau pelaksanaan program pemerintah. Mbah Pram juga selalu berusaha mencari solusi atas setiap masalah yang dihadapi pemerintah.
Pada tahun 2019, Mbah Pram kembali dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk menjadi Menteri Sekretaris Negara. Sebagai Menteri Sekretaris Negara, Mbah Pram bertugas mengelola urusan kepresidenan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Ia juga bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan Presiden dan keluarganya.
Selama menjadi Menteri Sekretaris Negara, Mbah Pram menghadapi berbagai tantangan, seperti pandemi COVID-19. Ia bekerja keras untuk membantu Presiden dalam menangani pandemi tersebut, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Mbah Pram juga berperan aktif dalam mempersiapkan pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada tahun 2022.
Dalam perjalanan karier politiknya, Mbah Pram pernah mengalami pasang surut. Ia pernah dikritik karena dianggap terlalu dekat dengan Presiden. Namun, ia selalu berpegang teguh pada prinsipnya untuk mengabdi kepada rakyat dan negara.
Mbah Pram dikenal sebagai sosok yang sederhana dan bersahaja. Ia tidak pernah lupa akan asal-usulnya sebagai anak petani. Mbah Pram juga dikenal sebagai orang yang sabar dan ulet. Ia tidak pernah menyerah meskipun menghadapi berbagai rintangan.
Bagi Mbah Pram, politik adalah alat untuk mengabdi kepada masyarakat. Ia percaya bahwa setiap orang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif kepada bangsa dan negara. Mbah Pram selalu memberikan motivasi kepada generasi muda untuk aktif berpartisipasi dalam politik dan membangun Indonesia yang lebih baik.
Kini, di usia senjanya, Mbah Pram masih tetap aktif di dunia politik. Ia menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Pusat (Wantimpus) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Mbah Pram terus memberikan bimbingan dan dukungan kepada kader-kader muda PDIP untuk melanjutkan perjuangan membangun Indonesia yang adil dan makmur.