Rafah itu...




"Rafah itu..."
Begitulah ungkapan yang seringkali saya dengar ketika berbincang tentang kota di perbatasan Gaza dan Mesir ini. Rafah, sebuah kota kecil yang menyimpan banyak kisah dan kesan bagi siapa saja yang pernah mengunjunginya.
Bagi saya, Rafah adalah sebuah pintu gerbang. Pintu gerbang menuju tanah yang saya cintai, Palestina. Setiap kali saya melewati pos pemeriksaan Rafah, perasaan haru dan bangga selalu membuncah dalam hati saya. Saya merasa seperti seorang pejuang yang akhirnya bisa menginjakkan kaki di medan tempur.
Rafah juga merupakan sebuah kota yang penuh dengan kehidupan. Di pasar-pasar yang ramai, orang-orang berdesak-desakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Suara klakson mobil dan teriakan para pedagang berbaur menjadi sebuah simfoni yang khas.
Walaupun kecil, Rafah memiliki banyak tempat menarik yang layak untuk dikunjungi. Ada Masjid Agung Rafah yang bersejarah, Museum Perjuangan Palestina, dan Pantai Rafah yang indah.
Namun, di balik keindahan dan keramaiannya, Rafah juga menyimpan luka yang dalam. Kota ini telah menjadi saksi bisu dari konflik berdarah yang terjadi di Gaza. Banyak bangunan yang hancur, dan banyak keluarga yang kehilangan rumah dan orang yang mereka cintai.
Meskipun demikian, masyarakat Rafah tetap tegar. Mereka terus berjuang untuk membangun kembali kehidupan mereka dan memperjuangkan kemerdekaan mereka.
"Rafah itu..."
Banyak kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan kota ini. Namun, bagi saya, Rafah adalah sebuah kota yang penuh dengan harapan. Harapan akan masa depan yang lebih baik, harapan akan perdamaian, dan harapan akan kemerdekaan.
"Semoga Rafah dan seluruh Palestina segera dibebaskan dari penjajahan."