Keraton Surakarta Hadiningrat baru saja menjadi sorotan media karena kericuhan yang terjadi saat digelarnya tradisi Sekaten untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Kericuhan ini dipicu oleh masalah peletakan dan penabuhan gamelan pusaka bernama Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.
Namun, di balik kericuhan yang terjadi terdapat kisah haru yang jarang diketahui oleh masyarakat. Gamelan Sekaten yang menjadi sumber konflik ternyata memiliki sejarah panjang dan nilai yang sangat tinggi bagi Keraton Surakarta.
Gamelan Sekaten pertama kali dibuat pada masa pemerintahan Pakubuwono IV dan V. Gamelan ini terdiri dari dua set, yaitu Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Kedua set gamelan ini memiliki bunyi yang khas dan sarat akan makna filosofis.
Kyai Guntur Madu melambangkan sifat kejantanan, sedangkan Kyai Guntur Sari melambangkan sifat kewanitaan. Perpaduan kedua set gamelan ini menghasilkan harmoni yang indah, menggambarkan keselarasan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan.
Gamelan Sekaten tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga nilai sakral bagi Keraton Surakarta. Gamelan ini dianggap sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan gaib. Masyarakat percaya bahwa bunyi gamelan dapat menolak bala dan membawa keberkahan.
Oleh karena itu, penabuhan gamelan Sekaten selalu dilakukan dengan penuh ritual dan tata cara khusus. Upacara penabuhan gamelan ini menjadi puncak dari tradisi Sekaten yang digelar selama 40 hari.
Kericuhan yang terjadi pada acara Sekaten tahun ini bermula dari perselisihan mengenai siapa yang berhak meletakkan dan menabuh gamelan Sekaten. Dua kubu keluarga Keraton Surakarta saling berebut memainkan gamelan tersebut.
Perselisihan ini berujung pada kericuhan yang melibatkan para abdi dalem dan pengunjung yang hadir. Untungnya, kericuhan tersebut dapat segera diredakan oleh pihak keamanan.
Meski sempat terjadi kericuhan, tradisi Sekaten tetap digelar dengan lancar. Kericuhan ini justru menjadi pengingat bagi masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan budaya dan menyelesaikan konflik dengan cara yang damai.
Gamelan Sekaten adalah simbol kebesaran dan persatuan Keraton Surakarta. Harmoni yang tercipta dari bunyi gamelan ini hendaknya menjadi cerminan bagi kita semua untuk hidup rukun dan bergotong royong dalam membangun bangsa.