Kepeduliannya terhadap warga kota sangat luar biasa. Ia terjun langsung ke lapangan, tak segan menyapa dan membantu warganya yang membutuhkan. Risma tak ubahnya ibu yang selalu mengayomi anak-anaknya. Ia tak pernah ragu untuk menggendong balita terlantar, mengobati luka-luka korban bencana, hingga berdialog langsung dengan tuna wisma.
Di balik kesuksesannya, Risma memiliki prinsip hidup yang mengakar kuat. Ia percaya bahwa melayani masyarakat adalah sebuah panggilan. "Saya tidak ingin dikenang sebagai wali kota yang kaya raya atau terkenal, tetapi sebagai wali kota yang dicintai oleh rakyatnya," kata Risma suatu kali.
Kesederhanaan dan kedekatannya dengan warga membuat Risma sangat dihormati. Ia tak segan bercengkerama dengan pedagang kaki lima, duduk bersama anak sekolah, atau bahkan bernyanyi bersama masyarakat di acara-acara kebudayaan.
Namun, bukan berarti jalan Risma selalu mulus. Ia kerap menghadapi kritikan dan penolakan. Namun, Risma tetap teguh pada prinsipnya. Ia tak pernah gentar memperjuangkan apa yang ia yakini benar. "Jika kita tidak melakukan apa-apa, maka tidak akan ada perubahan," ujar Risma.
Kini, Risma telah meninggalkan jabatannya sebagai wali kota. Namun, semangat dan dedikasinya akan selalu terkenang di hati masyarakat Surabaya. Ia telah membuktikan bahwa seorang pemimpin yang melayani dengan sepenuh hati akan dicintai dan dikenang sepanjang masa.
Kisah Risma menginspirasi kita semua. Ia mengajarkan kita pentingnya peduli terhadap sesama, berani memperjuangkan apa yang kita yakini, dan tidak pernah menyerah pada mimpi kita.