Rumah Dinas Bapak




Pernahkah kalian terpikir bagaimana rasanya tinggal di rumah dinas? Rumah yang disediakan khusus untuk pejabat pemerintahan, biasanya berupa rumah besar mewah lengkap dengan pelayannya. Tentunya, setiap orang akan membayangkan tinggal di rumah dinas layaknya hidup bak raja.
Sebagai seorang anak dari seorang pejabat pemerintahan, saya berkesempatan tinggal di rumah dinas selama bertahun-tahun. Pengalaman yang tentunya tak akan pernah saya lupakan seumur hidup. Namun, tahukah kalian bahwa hidup di rumah dinas tak seindah yang dibayangkan?

Kemewahan yang Menjebak

Memang benar, rumah dinas biasanya mewah. Memiliki kamar banyak, halaman luas, dan fasilitas lengkap seperti kolam renang dan lapangan tenis. Tapi kemewahan ini justru bisa menjadi jebakan. Karena saking besarnya, rumah dinas terasa kosong dan sepi. Tak ada tetangga yang bisa berbincang atau sekedar menyapa. Yang ada hanya kesunyian yang mencengkeram.

Batasan Ketat

Tinggal di rumah dinas juga berarti terikat dengan banyak aturan. Tak boleh sembarangan mengganti dekorasi, tak boleh memelihara hewan peliharaan, bahkan tak boleh menjemur pakaian di halaman depan. Aturan-aturan ini kadang terasa sangat membelenggu, membuat kami merasa seperti tinggal di penjara kemewahan.

Bayangan yang Membebani

Sebagai anak pejabat, kami dituntut untuk selalu menjaga sikap dan perilaku. Tak boleh nakal, tak boleh bergaul dengan sembarangan orang, dan harus selalu berpenampilan rapi. Bayangan ini selalu menghantui kami, membuat kami merasa tertekan dan tak bebas mengekspresikan diri.

Kesenjangan Sosial

Perbedaan status sosial antara kami dengan masyarakat sekitar juga sangat terasa. Kami tinggal di rumah dinas mewah, sementara mereka tinggal di rumah yang sederhana. Hal ini menciptakan jarak dan kesenjangan yang tak dapat dihindari. Kami merasa seperti orang asing di lingkungan sendiri.

Masa Remaja yang Terampas

Masa remaja adalah masa yang seharusnya penuh dengan kesenangan dan kebebasan. Namun, sebagai anak pejabat yang tinggal di rumah dinas, aku kehilangan semua itu. Aku tak bisa bebas bermain dengan teman-teman, tak bisa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, bahkan tak bisa pergi ke mall tanpa pengawalan. Masa remajaku terasa seperti terampas, digantikan dengan kesepian dan kejenuhan.

Akhirnya, Kami Pergi

Setelah bertahun-tahun tinggal di rumah dinas, akhirnya kami memutuskan untuk pindah. Kami tak tahan lagi dengan semua aturan dan batasan yang mengekang kami. Kami ingin hidup bebas, hidup seperti orang biasa. Dan sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, aku masih sering teringat masa-masa tinggal di rumah dinas. Sebuah pengalaman berharga yang mengajarkanku banyak hal, tentang kemewahan, batasan, dan kesenjangan sosial. Pengalaman yang akan selalu kuingat seumur hidup.