Hari Dongzhi atau Perayaan Solstis Musim Sejuk merupakan salah satu perayaan penting dalam budaya Tionghoa yang jatuh pada tanggal 21 atau 22 Desember. Dongzhi menandakan hari terpendek dan malam terpanjang dalam setahun.
Asal-usul Hari Dongzhi dapat ditelusuri hingga Dinasti Han. Pada zaman dahulu, masyarakat Tionghoa percaya bahwa pada hari ini, yin (energi negatif) mencapai puncaknya, sementara yang (energi positif) mulai bangkit. Untuk menyeimbangkan energi ini, orang-orang melakukan pengorbanan, berdoa, dan berkumpul bersama keluarga.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Hari Dongzhi berkembang. Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah memakan tangyuan, yaitu bola-bola ketan berisi kacang-kacangan atau wijen yang dimasak dalam kuah manis.
Selain tradisi-tradisi tersebut, Hari Dongzhi juga memiliki makna simbolis yang mendalam. Tangyuan yang bulat melambangkan kebersamaan dan keharmonisan keluarga. Kuah manisnya mewakili harapan akan keberuntungan dan kesejahteraan. Warna merah yang biasanya digunakan pada dekorasi Dongzhi melambangkan kehangatan dan kemakmuran.
Bagi masyarakat Tionghoa, Hari Dongzhi bukan hanya perayaan pergantian musim, tetapi juga waktu untuk merefleksikan diri, berkumpul bersama keluarga, dan mempersiapkan diri menyambut tahun baru yang akan datang.
Meskipun tradisi Hari Dongzhi telah berubah seiring waktu, esensinya tetap sama. Di zaman modern, orang-orang masih merayakan Dongzhi dengan makan tangyuan, berdoa, dan berkumpul bersama keluarga. Namun, tidak sedikit juga yang menambahkan sentuhan modern pada perayaan ini, seperti membuat tangyuan dengan bentuk dan warna yang unik atau mengadakan acara-acara khusus.
Hari Dongzhi adalah perayaan yang indah dan bermakna yang memberikan kesempatan bagi masyarakat Tionghoa untuk berkumpul, merayakan, dan mempersiapkan diri menyambut tahun baru yang penuh harapan.