Suro




"Suro", bulan yang penuh mitos dan legenda di tanah Jawa. Bulan ini dipercaya sebagai bulan yang sakral, di mana batas antara dunia nyata dan gaib menjadi kabur.

Dalam mitologi Jawa, "Suro" berasal dari kata "asu" yang berarti anjing. Anjing dianggap sebagai hewan penjaga setia yang dapat mengusir roh jahat. Oleh karena itu, bulan "Suro" dianggap sebagai bulan yang tepat untuk melakukan ritual penyucian dan menghindari gangguan makhluk gaib.

Orang Jawa percaya bahwa pada bulan "Suro", kekuatan gaib berada pada puncaknya. Hantu dan setan berkeliaran mencari korban, sehingga masyarakat dianjurkan untuk berhati-hati dan melakukan tindakan pencegahan.

  • Salah satu tradisi yang paling terkenal pada bulan "Suro" adalah "tirakat", yaitu berpuasa, berdoa, dan bermeditasi selama 40 hari. Tradisi ini diyakini dapat membersihkan diri dari segala kotoran spiritual dan meningkatkan kekuatan batin.
  • Selain itu, masih banyak tradisi lain yang dilakukan selama bulan "Suro", seperti "padusan" (mandi di sungai atau sumber air alami) dan "larung sesaji" (membuang sesajen ke laut atau sungai).
  • Meskipun banyak kepercayaan yang menyeramkan terkait bulan "Suro", namun bulan ini juga dianggap sebagai bulan yang penuh berkah. Masyarakat Jawa percaya bahwa siapa saja yang melakukan kebaikan selama bulan "Suro" akan mendapat pahala berlipat ganda.

    Dalam budaya Jawa, bulan "Suro" tidak hanya dikaitkan dengan mitos dan legenda, tetapi juga dengan nilai-nilai luhur. Bulan ini menjadi pengingat untuk selalu bersikap waspada, menjaga diri dari godaan, dan memperkuat spiritualitas.

    Dengan memahami makna dan tradisi yang mengelilingi bulan "Suro", kita dapat menghargai kekayaan budaya Jawa dan memperkaya kehidupan kita dengan nilai-nilai luhurnya.