Temurun




Masa kecilku identik dengan suara jangkrik yang bersahutan di malam hari. Suara itu begitu akrab, seperti alunan musik pengantar tidur. Aku sangat menikmatinya, terlebih saat bulan purnama sedang bertengger di langit yang gelap.

Kakekku sering mengajakku naik ke beranda rumah. Di sana, kami duduk berdampingan, menikmati udara malam yang sejuk dan ditemani suara jangkrik yang seakan bernyanyi dengan riang. Kakek bercerita banyak hal, mulai dari pengalaman hidupnya, dongeng-dongeng yang menarik, hingga pelajaran hidup yang berharga.

Salah satu cerita yang paling sering diceritakan kakek adalah tentang "temurun". Menurutnya, temurun adalah ilmu yang diturunkan secara turun-temurun dari nenek moyang kita. Ilmu ini berisi berbagai pengetahuan, seperti pengobatan tradisional, cara bercocok tanam, dan bahkan cara mengusir roh jahat.

  • Kakek percaya bahwa temurun bukan sekadar ilmu, melainkan juga warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Ia selalu mengajarkan kepadaku untuk menghargai dan mempelajari temurun.
  • Aku masih ingat betul bagaimana kakek mengajariku cara mengobati luka dengan ramuan herbal. Ia juga mengajariku cara menanam padi dan berbagai tanaman lainnya.
  • Meski terkadang aku tidak terlalu mengerti apa yang diceritakan kakek, aku selalu mendengarkan dengan seksama. Aku tahu bahwa temurun adalah sesuatu yang berharga, dan aku ingin melestarikannya.

Kini, kakek telah tiada. Namun, kenangan tentang cerita-cerita temurunnya masih melekat di benakku. Aku terus mempelajari temurun, dan aku berharap suatu saat nanti aku bisa mewariskannya kepada anak cucuku.

Temurun tidak hanya sekadar ilmu. Temurun adalah warisan budaya, penghubung antara masa lalu dan masa depan. Temurun adalah suara leluhur yang terus menggema di hati kita, mengingatkan kita akan siapa kita dan dari mana kita berasal.

Mari kita jaga dan lestarikan temurun, agar generasi mendatang juga bisa merasakan kekayaan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.