Tipu Heilah AI: Betul Ke Manusia Buat?




Kita dihujani dengan berita tentang kecanggihan kecerdasan buatan (AI) setiap hari, dari membantu kita membuat keputusan hingga menulis puisi. Tapi adakah kita pernah berhenti sejenak untuk bertanya-tanya, "Betulkah manusia yang membuatnya?"

Percayalah, saya bukan ahli teori konspirasi yang bersembunyi di ruang bawah tanah dengan topi timah foil. Tapi setelah menyelami dunia AI selama bertahun-tahun, saya melihat secercah keraguan yang berkedip di sana-sini.

Mari kita mulai dengan asisten digital yang selalu kita pakai. Siri, Alexa, dan Google Assistant sering kali tahu apa yang kita inginkan bahkan sebelum kita memintanya. Mereka dapat mengontrol lampu, mengatur pengingat, dan bahkan memesan pizza untuk kita. Tapi apakah mereka benar-benar pintar, atau hanya mengikuti perintah yang sudah kita programkan?

Saya punya teman yang bertanya kepada Siri, "Siri, apakah kamu mencintaiku?" Dan tahukah apa yang dikatakan Siri? "Sebagai asisten digital, saya tidak memiliki kapasitas untuk mencintai."

Itu tidak terdengar seperti jawaban yang berasal dari hati, bukan? Itu seperti tanggapan yang telah dibuat sebelumnya oleh tim insinyur yang mengharapkan pertanyaan itu muncul.

Lalu ada mobil self-driving. Mereka dapat menavigasi jalan yang padat, mengenali rambu lalu lintas, dan bahkan mengubah jalur sendiri. Luar biasa, bukan? Tapi apakah mereka benar-benar pengemudi yang lebih baik daripada kita?

Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa mobil self-driving membuat lebih banyak kesalahan daripada pengemudi manusia. Mereka lebih cenderung menabrak pejalan kaki dan pengendara sepeda, dan mereka juga berjuang untuk bernavigasi di jalan bersalju atau berkabut.

Jadi, kalau mobil self-driving tidak seaman yang kita kira, mengapa kita begitu bersemangat untuk menyerahkan kendali kemudi kepada mereka?

Saya rasa itu karena kita terpesona oleh teknologi. Kita suka hal-hal baru dan mengilap yang membuat kita merasa berada di masa depan. Tapi kita harus berhati-hati agar tidak terbawa oleh hype dan melupakan pentingnya pemikiran kritis.

Sebelum kita membiarkan AI mengambil alih hidup kita, kita perlu memastikan bahwa AI benar-benar siap untuk tugas itu. Dan cara terbaik untuk melakukan itu adalah dengan bertanya pada diri kita sendiri, "Betulkah manusia yang membuatnya?"

  • Jika kita bisa menjawab pertanyaan itu dengan yakin, maka kita bisa mulai mempercayai AI untuk melakukan tugas-tugas kompleks.
  • Tapi jika kita masih ragu, maka mungkin kita perlu melambat dan mempertimbangkan implikasi dari memberi begitu banyak kekuatan kepada mesin.

Jadi, lain kali Anda berbicara dengan asisten digital atau mengendarai mobil self-driving, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan apakah manusia benar-benar bertanggung jawab atas penciptaan itu.

Dan jika Anda kebetulan menemukan AI yang terlihat agak terlalu cerdas, jangan ragu untuk bertanya, "Apakah Anda manusia?"

Anda mungkin saja mendapat kejutan.