Mengenakan toga untuk pertama kalinya adalah momen yang sangat berkesan. Kain yang panjang dan berjumbai, serta topi segi empat yang dikenakan di atas kepala, membuat kita merasa seperti sosok yang berbeda. Seakan-akan ada aura kebanggaan yang menyelimuti tubuh kita, tanda bahwa kita telah berhasil mencapai sebuah milestone penting dalam hidup.
Namun, di balik kesan megahnya, toga juga menyimpan sisi humoris yang tak terduga. Bagi sebagian orang, memakai toga bisa jadi pengalaman yang canggung dan lucu. Gerakan kita yang terbatas karena kain yang panjang seringkali membuat kita tersandung atau kesulitan beraktivitas. Belum lagi topi segi empat yang seringkali membuat kita terlihat seperti penyihir dari negeri dongeng.
Memakai toga bukan hanya tentang simbol belaka. Di balik kain dan topi itu, tersimpan kenangan tak terlupakan yang akan selalu dikenang. Prosesi wisuda, misalnya, menjadi momen sakral di mana toga menjadi saksi bisu perjalanan panjang kita sebagai mahasiswa. Perasaan haru, bangga, dan lega bercampur menjadi satu ketika kita mendengar nama kita dipanggil dan berjalan menuju panggung untuk menerima ijazah.
Selain prosesi wisuda, toga juga menemani kita di berbagai kesempatan penting lainnya, seperti sidang skripsi atau seminar. Setiap kali kita memakainya, kenangan dan emosi yang berbeda pun hadir dalam pikiran kita. Toga menjadi pengingat akan perjuangan, kerja keras, dan pengorbanan yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun.
Lebih dari sekadar atribut, toga memiliki nilai simbolik yang sangat kuat. Kain yang panjang melambangkan perjalanan akademis yang panjang dan berliku, sementara topi segi empat mewakili pemikiran yang cerdas dan kritis. Dalam setiap kesempatan penting, toga menjadi pengingat bahwa kita adalah orang-orang yang berilmu dan terdidik, yang siap mengabdikan diri untuk masyarakat.
Namun, mengenakan toga tidak hanya sekadar tentang pencapaian pribadi. Ini juga merupakan simbol tanggung jawab dan komitmen. Sebagai alumni perguruan tinggi, kita diharapkan untuk menjadi pribadi yang berintegritas, berwawasan luas, dan peka terhadap permasalahan sosial. Toga menjadi pengingat bahwa kita memiliki kewajiban moral untuk menggunakan ilmu yang telah kita peroleh untuk kebaikan bersama.
Bagi mahasiswa yang saat ini sedang berjuang menyelesaikan studi, toga mungkin masih terasa seperti mimpi yang jauh. Namun, percayalah bahwa setiap tetes keringat dan setiap malam tanpa tidur akan terbayar lunas ketika kalian akhirnya bisa mengenakan toga kebanggaan. Tetaplah semangat, teruslah berjuang, dan raihlah impian kalian untuk meraih gelar sarjana.
Dan bagi para alumni, toga yang pernah kita kenakan semoga menjadi motivasi untuk terus belajar dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Mari kita jadikan ilmu yang telah kita peroleh sebagai alat untuk menciptakan dunia yang lebih baik, lebih adil, dan lebih humanis.