Kehidupan Vina sederhana. Ia tinggal di sebuah gubuk kecil bersama orang tuanya yang sudah renta. Namun, meskipun hidupnya serba kekurangan, Vina selalu bersyukur. Ia tak pernah iri melihat orang lain yang lebih kaya atau beruntung. Baginya, kebahagiaan sejati bukan terletak pada harta atau kedudukan, melainkan pada ketulusan hati dan kerja keras.
Selain bekerja di sawah, Vina juga pandai menjahit. Ia sering membuatkan pakaian untuk orang-orang di desanya. Hasilnya tidak seberapa, tapi cukup untuk membantu perekonomian keluarganya. Vina juga tak segan membantu tetangganya yang membutuhkan, baik dengan materi maupun tenaga.
Suatu hari, bencana datang menghampiri desa Vina. Banjir besar menerjang, menghanyutkan rumah dan harta benda warga. Vina dan keluarganya tak luput dari musibah tersebut. Gubuk mereka hanyut terbawa arus, beserta semua hasil panen yang telah mereka kumpulkan.
Tak patah semangat, Vina bangkit dari keterpurukannya. Ia bekerja lebih keras dari sebelumnya. Ia membantu warga lain membersihkan rumah mereka yang hancur dan menanam kembali sawah yang rusak. Vina juga tak lupa berbagi makanan dan pakaian kepada mereka yang kekurangan.
Kebaikan Vina menginspirasi banyak orang. Ia bagaikan sinar matahari yang memberikan harapan di tengah kegelapan. Warga desa bergotong royong membangun kembali desa mereka, dengan Vina sebagai penggeraknya. Berkat kerja keras dan kebersamaan, desa tersebut akhirnya bangkit dari keterpurukan.
Kisah Vina menjadi legenda di desa tersebut. Ia dikenal sebagai sosok pekerja keras, rendah hati, dan selalu bersedia membantu orang lain. Vina membuktikan bahwa kebahagiaan sejati dapat diraih dengan kerja keras, ketulusan hati, dan semangat pantang menyerah.
Refleksi: